Rabu, 29 Oktober 2014

Karena Setiap Orang Bisa Bertualang




        Delapan atau sembilan tahun yang lalu, untuk pertama kalinya saya berangan-angan untuk melakukan perjalanan petualangan ke gunung. Mendaki bukit dari lembah hingga ke puncak, menyusuri sungai sambil sesekali meminum airnya, bersandar pada rubuhan pohon besar yang lapuk, berjaket tebal dan berkupluk layaknya mausia-manusia gunung, dan menikmati matahari terbit dari puncaknya.

          Semua angan-angan muncul setelah untuk yang ke-3 kalinya saya menonton film GIE karya Riri Riza, dimana Ia menceritakan perjalanan hidup seorang pemuda idealis yang hobi berpetualang. Ya itu saja sudah cukup menginspirasi bagi saya. Meskipun di tahun-tahun sebelumnya saya pernah menonton beberapa film bergenre petualangan seperti Farther That The Eye Can See hingga Petualangan Sherina, tapi GIE memiliki tempatnya sendiri. Dari film yang sama juga kemudian muncul pertanyaan “bagaimanakah caranya bertualang?” walaupun GIE bukanlah film bergenre petualangan.
Tapi tulisan disini bukan untuk membahas “saya”.

        Beberapa tahun setelahnya banyak produsen-produsen film berkaliber internasional dan nasional memproduksi film-film yang bergenre petualangan, sebut saja In To The Wild yang dirilis tahun 2007 dari buku yang berjudul sama yang ditulis oleh Sean Penn. Kemudian yang begitu fenomenal melecut keinginan banyak orang untuk berpetualang adalah film “5 Cm” yang diadopsi dari novel populer berjudul sama, yang dikarang oleh Donny Dhirgantoro pada tahun 2005, namun baru pada penghujung 2012 akhirnya cerita ini dirilis ke layar lebar. “5 Cm” menceritakan 5 orang sahabat yang gemar melakukan petualangan, hingga akhirnya mereka harus berhadapan dengan “keseruan” petualangan di Mahameru. Ya silakan ditonton saja sendiri.

         Entah bagaimana dan siapa yang mempopulerkan kebiasaan berpindah tempat untuk menikmati perbedaan suasana alam dan budaya dari rumah dengan tempat tujuan. Entah bagaimana pula awalnya kegiatan jalan-jalan kini menjadi budaya bagi masyarakat modern. Jika mau dirunutkan, dan kalaupun saya berhasil menuliskannya, mungkin saya adalah seorang dengan gelar Doctor di bidang Antropologi Wisata dan Revolusi Budaya. Atau mungkin kaum Hippie yang menjadi nenek moyang budaya berpindah tempat hanya untuk sekedar menyesap ganja dan teler.
Bagaimanapun, jalan-jalan, travelling, backpackeran, ngelayab, dolan dan lain-lain kata yang merujuk ke kegiatan berpindah untuk sementara waku dalam waktu yang tidak terlalu lama ke alam tebuka atau kota lainnya dengan terrencana maupun tidak, dengan biaya yang mahal atau murah untuk me-re-kreasi, refreshing, memenuhi libido ingin tahu, “nyobain”, telah mendapatkan tempat khusus di pembukuan pengeluaran masyarakat dewasa ini.  Seperti mandi, walaupun jarang tapi harus.

         Untuk itu kegiatan jalan-jalan tentunya harus diimbangi dengan wawasan dan pengetahuan. Bagaimana memulainya, apa yang harus disiapkan, selain menentukan tujuan dan kegiatan di tempat tujuan. Pengetahuan-pengetahuan dasar tadi perlu dimiliki sebagai aset berharga agar seorang backpackerian bisa total menikmati perjalanannya.

           Secara sadar kami sepenuhnya menyadari bahwa setiap orang bisa bertualang, namun sangat disayangkan jika petualangan dan rekan-rekannya tadi tidak diimbangi dengan travelling knowledge yang mencukupi, hingga pada akhirnya kita kerap membaca artikel-artikel tentang rusaknya tempat wisata, vandalisme, sampah yang berserakan di Ranu Kumbolo dan cerita-cerita minor lainnya. “Karena Setiap Orang Bisa Bertualang”. Ya. Seperti kalimat itu, akhirnya kami memutuskan untuk membuka wadah ini, sebagai sarana belajar dan memperkaya pengalaman dalam jalan-jalan. Berawal dari pengalaman kami pribadi, kami yakin setiap orang bisa bertualang. Pada awalnya kami akan sama dengan para pendahulu kami, hanya saja kami membuat sebuah perbedaan dengan menjadi rekan yang mengajarkan bagaimana cara bertualang yang aman untuk kemudian mendapatkan kenyamanan dan kepuasan. Sambil bermain kita bisa sambil belajar, sambil belajar kita lakukan dengan sambil bermain.

             Kedepannya, dalam berkegiatan bersama kami “Jalan Riang Tourism Organizer”, kalian akan juga kami bekali dengan  travelling knowledge. Dengan harapan kalian bisa melakukannya sendiri ataupun bersama komunitas. Namun dengan syarat, kalian juga harus mengajarkan travelling knowledge tadi kepada yang lainnya, agar tercipta lingkungan wisata dengan para wisatawan yang cerdas, yang tidak hanya menikmati, tapi juga merawati.

             Untuk awalnya kami mengajak bagi siapapun kalian disana yang mau bergabung dan belajar sambil bermain bersama kami, bagaimana kalau kita jalan-jalan ke Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat. Pada tanggal 6-8 Desember 2014.

 “Karena Setiap Orang Bisa Bertualang”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar